A. Pengertian Laporan Penelitian Tindakan kelas
Apabila guru sudah merasa puas
dengan siklus yang telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah menyusun
laporan kegiatan. Penyusunan laporan ini tidak akan sulit jika guru sejak awal
guru sudah disiplin mencatat apa saja yang ia lakukan.
Membuat karya tulis ilmiah berupa laporan penelitian akan lebih
mudah dari pada menulis sebuah artikel karena lahan tulisa sudah dipenihi
dengan catatan-catatan tindakan dengan siklusnya. Pada akhir tulisan hanya
tinggal menyampaikan hasil temuan yang berupa keberhasilan dan hambatan dalam
pelaksanaanya, ditutup dengan rekomendasi saran.[1]
Dari segi etimologis, laporan
berasal dari kata lapor yang berarti segala sesuatu yang dilaporkan, sedangkan
laporan penelitian dimaknai sebagai laporan berdasarkan penelitian pada
sesuatu. Beranjak dari pengertian tersebut, maka laporan PTK kita maknai
sebagai laporan yang disusun berdasarkan penelitian yang dilakuakn secara
sistematis.[2]
Menyusun laporan penelitian
diperlukan pedoman penulisan yang bisa digunakan acuan peneliti sehingga tidak
ditemukan variasi bentuk. Misalnya untuk laporan PTK guru/pengawas disesuaikan
pedoman yang ditetepakan Diknas.[3]
B. Manfaat Laporan Penelitian Tindakan Kelas
Laporan penelitian, termasuk PTK menggambarkan mengapa laporan penelitian
dilakukan, apa landasan teorinya, bagaimana cara melakukannya, dan bagaimana
hasilnya. Sehubungan dengan itu, laporan penelitian akan mengungkap banyak
banyak hal tentang masalah yang akan diteliti. Andaikata laporan ini tidak ada,
maka orang lain tidak akan pernah tahu tentang hasil penelitian tersebut.[4]
Manfaat laporan PTK secara umum adalah sebagai dokumentasi dari penelitian
yang dilakukan, sebagai media untuk mendesiminasikan hasil-hasil yang diperoleh
dari penelitian sehingga masyarakat luas dapat mengetahuinya, dan sebagai acuan
untuk tindak lanjut hasil penelitian tersebut.[5]
Disamping itu, laporan PTK sangat bermanfaat khususnya untuk guru sebagai
pelaksana kegiatan pembelajaran di kelasnya, diantaranya:
1. Mendapat pengalaman nyata untuk memperbaiki pembelajaran.
2. Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk inovasi pembelajaran.
3. Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengembangkan kurikulum tingkat
kelas.
4. Dapat digunakan untuk meningkatkan kepekaan atau profesionalisme guru.
5. Guru lebih percaya diri untuk berkembang secara profesional maupun
akademik.
6. Guru berperan aktif menyumbangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.[6]