Kamis, 14 Juni 2012

التحذير والإغراء

Tahdzir
A.    Uslub Tahdzir (التحذير)
Tahdzir adalah larangan bagi sesorang tentang suatu hal yang dibenci untuk dihindari. Syarat-syarat dalam tahdzir antara lain:
1.      Muhadzir: seseorang yang melarang orang lain.
2.      Muhadzar: seseorang yang diberi peringatan.
3.      Muhadzar minhu/mahdzur: perkara yang dibenci atau dijauhi.

B.     Bentuk Tahdzir
Dalam ighro’ terdapat beberapa susunan atau pola-pola gramatika, antara lain:
1.      Hanya menyebutkan muhadzar minhu yang berupa isim dzahir.
Contoh:  (البردَ)untuk melarang anak kecil memakai pakaian tipis saat cuaca dingin.
 البردSebagai maf’ul bih dari fi’il احذر  yang dibuang, asli kalimatnya; احذرالبردَ
Boleh juga mengucap احذر البرد yakni dengan mengucap fi’il, akan tetapi syarat yang mendasar pada kaidah ini tidak menyebutkan fi’il.
2.      Menyebutkan muhadzar minhu yang berupa isim dzahir kemudian mengulangnya, atau dengan mengathafkan isim yang sepadan dengannya.
Contoh:
a.        البردَ البردَ berkedudukan sebagai maf’ul bih dan yang kedua sebagai taukid dari sebelumnya.
b.       البردَ والمطرَ berkedudukan sebagai maf’ul bih dan  المطر sebagai ‘athaf dari .البرد

3.      Menyebutkan isim dhahir yang dimudhafkan pada “kaf mukhatab” yang kembali pada muhadzir.
Contoh:  (رأسكَ)seperti ucapan ketika memberi peringatan pada seseorang untuk menghidari tembok.
Boleh juga mengucap  رأسكَ رأسكَsebagai taukid. atau رأسك ووجهك  menyebutkan isim yang sepadan dengan sebelumnya sebagai ‘athaf.
4.      Menyebutkan isim dhahir yang mudhaf pada “kaf mukhatab” yang kembali pada muhadzar disertai dengan mengathafkan isim yang lain.
Contoh: رأسكَ والجدارَ seperti peristiwa sebelumnya atau  يدكَ والسكينَuntuk memperingatkan seseorang tentang pisau, asli kalimatnya صُنْ يدك وأبعدْ السكين :
5.      Menyebutkan muhadzar yang berupa dhamir manshub ( dan lain-lain), dan setelahnya berupa muhadzar minhu yang didahului dengan wawu.
Contoh: إيّاك والكذب . dhamir mansub yang diikuti dengan wawu ‘athaf sebelum muhadzar minhu.
6.      Menyebutkan muhadzar yang berupa dhamir mansub, dan setelahnya berupa muhadzar minhu yang dimajrurkan oleh (من).
Contoh:إيّاك من الكذب  dhamir mansub yang diikuti huruf jar.
7.      Menyebutkan muhadzar yang berupa dhamir mansub, yang mana muhadzar minhu tidak didahului dengan و atau من.
Contoh: إيّاكم اتباع هوى النفس.  اتباعBerkedudukan sebagai maf’ul bih yang kedua, dan kalimat اتباع هوى النفس  sebagai jumlah idhafah.
Ighro’ (الإغراء)
A.    Uslub Ighro’
Adalah anjuran pada seseorang tentang suatu hal yang baik dan terpuji ataupun sesuatu yang disukai. Syarat-syarat terbentuknya ighro’ ada tiga, yaitu:
1.      Mughri            (مغري)             : orang yang berbicara.
2.      Mughro           (مغرى)             : orang yang diajak bicara
3.      Mughro bih (مغرى به)   : sesuatu yang terpuji atau yang disukai.

B.     Bentuk-bentuk ighro’
Dalam ighro’ terdapat beberapa susunan atau pola-pola gramatika, antara lain:
1.      Mengulang isim yang disukai (mughro bih).
Contoh: الصلاةَ، الصلاةَ
الصلاة yang pertama sebagai maf’ul bih dari fi’il  "الزم" yang dibuang. Sedangkan الصلاة  yang kedua sebagai taukid dari isim yang pertama.
2.      Menyebutkan mughro bih disertai dengan ‘athaf dan isim terpuji lainnya.
Contoh: الإخلاصَ والطاعةَ
الإخلاص maf’ul bih dari fi’il yang dibuang, و  huruf ‘athaf dan الطاعة  ma’thuf ‘alaih.
3.      Menyebutkan mughro bih yang mudhof dengan dhamir mukhatab. Seperti contoh syair:
أخاك أخاك إنّ من لا أخاله # كساع إلى الهيجا بغير سلاح
Kalimat idhafah dari  (أخاك) .أخاكSebagai mudhof dan   (ك)sebagai dhamir muttashil berkedudukan sebagai mudhof ilaih.

1 komentar: