Selasa, 26 Juni 2012

masalah individu-kelompok dalam pengelolaan kelas


.    Masalah-masalah Dalam Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik. Dalam pengelolaan kelas dapat terjadi masalah bersumber dari kondisi tempat belajar dan pelajar yang terlibat dalam belajar Kondisi tempat belajar misalnya bisa berupa ruang kotor, papan tulis rusak, meja kursi rusak, dan sebagainya dapat mengganggu belajar[1]. Sedangkan masalah pembelajar di bagi menjadi dua, yaitu:
1.      Masalah Individu
Rudolf Dreiklurs dan Pearl Cassel membedakan empat kelompok masalah pengelolaan kelas individual yang didasarkan asumsi bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan keputusan untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Bila kebutuhan-kebutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi malalui cara-cara yang lumrah dapat diterima masyarakat, dalam hal ini masyarakat kelas, maka individu yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara lain.Dengan perkataan lain, dia akan berbuat “tidak baik” perbuatan-perbuatan untuk mencapai tujuan dengan cara tidak baik inilah oleh pasangan penulis diatas digolongkan sebagai berikut[2]:
a.       Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain (attentiongettingbehaviors). Misal: membadut (aktif), atau serba lamban.
b.      Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (powerseekingbehaviors). Misal: selalu mendebat, marah, menangis, lupa aturan.
c.       Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revengeseekingbehaviors). Misal: mengata-ngatai, memukul.
d.       Peragaan ketidakmampuan: Sama sekali menolak untuk mencoba melakukan apapun, karena kegagalan yang terjadi.

Untuk membedakan keempat tipe di atas, dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap gejala yang muncul. Dreikurs dan Cassel mengajukan satu teknik yang cukup sederhana untuk mendeteksi gejala tersebut, dengan parameter sebagai berikut:
a. Jika guru merasa terganggu oleh tindakan murid, mungkin tujuan murid adalah untuk mencari perhatian.           
b. Jika guru merasa dikalahkan atau terancam, tujuan murid tersebut mungkin untuk mencari kekuasaan.
 
c.  Jika guru merasa sangat tersinggung, tujuannya mungkin untuk mencari pelampiasan dendam.
 
d.Jika guru merasa tidak berdaya, tujuan anak mungkin untuk menunjukkan ketidakmampuannya.
Menurut Manan Rahman, (1998:58) dari keempat tindakan individu di atas sebagaimana dikemukakan oleh Rodolf Dreikurs akan mengakibatkan terbentuknya empat pola tingkah laku yang sering nampak pada anak usia sekolah yaitu:
1) Pola aktif konstruktif yaitu pola tingkah laku yang ekstrim, ambisius untuk menjadi superstar di kelasnya dan berusaha membantu guru dengan penuh vitalitas dan sepenuh hati.      
2) Pola aktif destruktif yaitu pola tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk membuat banyolan, suka marah, kasar dan memberontak.
        
3) Pola pasif konstruktif yaitu pola yang menunjukkan kepada satu bentuk tingkah laku yang lamban dengan maksud supaya selalu dibantu dan mengharapkan perhatian.
4) Pola pasif destruktif yaitu pola tingkah laku yang menunjuk kemalasan (sifat malas) dan keras kepala.[3]

Murid-murid yang tidak bisa menaikkan statusnya dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungannya, biasanya akan mencari jalan lain, baik melalui tindakan untuk menarik perhatian yang aktif maupun yang pasif.
1.      Cara aktif : Bentuk mencari perhatian yang aktif bersifat merusak, misalnya bergaya sok, melawak, mengacau, menjadi anak nakal, anak yang terus-menerus bertanya atau ramai dikelas.
2.      Cara Pasif : Bentuk pasif dalam mencari perhatian yang bersifat merusak misalnya, pemaksaan atau ingin mendapatkan perhatian orang lain dengan meminta tolong terus. 
Pencari Kekuasaan
Perilaku untuk mencari kekuasaan hampir sama dengan kasus tindakan di atas, namun sifatnya lebih kuat yakni mencari perhatian yang sifatnya merusak.
1.      Pencari kekuasaan yang aktif biasanya suka membantah, berbohong, pemukul, mempunyai watak pemarah, menolak perintah, dan benar-benar tidak mau tunduk.
2.      Pencari kekuasaan yang pasif adalah orang yang kemalasannya sangat nyata, yang biasanya tidak mau bekerja sama sekali. Murid seperti ini sangat pelupa, keras kepala, dan tidak mau patuh.    
            Murid yang mencari pelampiasan dendam disebabkan putus asa dan bingung sehingga mencari keberhasilan dengan cara menyakiti orang lain, menyerang secara fisik (mencakar, memukul, menendang) bermusuhan dengan teman-temannya, memaksa dengan kekuasaan. Biasanya anak tersebut pelampiasannya lebih banyak secara aktif daripada secara pasif. Keaktifan mereka digambarkan sebagai anak yang kejam dan penuh kebencian, sedangkan mereka yang pasif digambarkan sebagai orang yang cemberut dan menantang. 
Lebih lanjut Dreikurs dan Cassel menegaskan bahwa guru harus dengan tepat mengidentifikasi dan memahami tujuan tindakan anak sehingga secara efektif dapat dilakukan penanganannya.
2.      Masalah sosial (kelompok)
Anak perlu bergaul dengan teman lainya, di samping sebagai segi individu ia juga mempunyai segi sosial yang perlu diperhatikan dan dikembangkan. Karena bekerja di dalam kelompok dapat juga meningkatkan cara berpikir mereka sehingga dapat memecahkan masalah dengan baik dan lancar.[4]
Dalam perkembanganya setiap individu dalam kelompok pasti akan menjumpai problem atau masalah dalam kelompok tersebut. Masalah kelompok akan muncul jika tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan kelompok, kelas akan jadi membosankan dan akhirnya para siswa dalam kelompok bersikap pasif, acuh, tidak puas dan belajarnya terganggu.
Ciri-ciri kelompok menurut Lois U Johnson dan Marry A. Bany:
a.       Kesatuan kelompok
b.      Interaksi dan komunikasi
c.       Struktur kelompok
d.      Tujuan-tujuan kelompok
e.       Kontrol (hukum)
f.       Iklim kelompok
Jika kebutuhan tersebut tidak dijumpai dalam kelompok maka akan timbul enam kategori masalah kelompok dalam pengelolaan kelas. Masalah-masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut[5]:
a.       Kelas kurang kohesif, misalnya perbedaan jenis kelamin, suku dan tingkatan sosio ekonomi dan sebaginya.
b.      Kelas mereaksi negatif terhadap salah satu anggotanya, misalnya, mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni suara, menyanyi dengan suara sumbang.
c.       Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya pemberian semangat kepada badut kelas.
d.      Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
e.       Semangat kerja rendah, misalnya semacam aksi protes kepada guru karena mengangap tugas yang diberikan kurang adil.
f.       Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru, misalnya gangguan jadwal atau guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Made Pidarta, masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa pada garis besarnya adalah sebagai berikut:
a.       Kurang kesatuan, dengan adanya kelompok-kelompok dan pertentangan jenis kelamin.
b.      Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya rebut, bercakap-cakap, pergi kesana-kemari dan lain sebagainya.
c.       Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temanya, ialah menerima dan mendorong perilaku siswa yang keliru.
d.      Mudah bereaksi negatif atau terganggu.
e.       Moral rendah, permusuhan, aggresif.
f.       Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti annggota kelas baru dan situasi baru.

B.     Cara Penanggulangan Masalah
Untuk menangkal dan menanggulangi kenakalan anak tersebut perlu diketahui secara dini dan seksama tentang[6]:
a.       Penyebab-penyebabnya, misalnya:
1)      Faktor perkembangan jiwa pada periode puberitas.
2)      Lingkungan keluarga yang broken home
3)      Lingkungan sekolah yang menjemukan, kurang kreatif dan otoriter
4)      Lingkungan masyarakat penuh spekulasi dan sebagainya.
b.      Gejala-gejalanya.
c.       Langkah yang tepat untuk menangguanginya.
Kebijakan-kebijakan yang dapat diambil untuk menangkal dan menanggulangi kenakalan anak dapat dilakukan melalui Tri pusat pendidikan, yaitu dalam lingkungan sekolah atau pendidikan formal, dan lingkungan sosial dan masyarakat.
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan prinsip-prinsip pengelolaan kelas. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut[7]:
a.       Hangat dan Antusias
Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya.akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas
b.      Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
c.       Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian. ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
d.       Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
e.       Penekanan pada Hal-Hal yang Positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.

f.       Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.


[2] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2197011-masalah-pengelolaan-kelas, diaksestgl: 27-03-2012
[3]  Manan Rahman, MenejemenKelas, (Jakarta: ProyekPendidikan Guru SD,1998), Hal:58
[4] Dra. Roestiyah N.K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: PT Bina Aksara), hal. 22
[6] Ary Gunawa, Administrasi sekolah,  (Jakarta:Rineka Cipta, 1996), hal12
[7] Djamarah, Syaiful Bahri.  Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta:Rineka Cipta,2006) , Hal 185

2 komentar: