TEORI BELAJAR HIRARKI DARI
ROBBERT MILS GAGNE
- Biografi Robbert M Gagne
Robert Mils Gagne lahir 21 Agustus 1916 di North Andover,
Massachusetts. Beliau adalah seorang pendidik Amerika yang yang studi
pembelajaran dan pengajaranya sangat mempengaruhi sekolah-sekolah di Amerika.
Beliau meraih gelar A.B. dari Yale pada tahun 1937 dan Ph.D dari Brown University
tahun 1940. Beliau adalah profesor psikologi dan pendidikan psikologi di
Connecticut College khusus wanita (1940-1949), Universisitas Negeri Pennsylavania
(1945-1946), Princeton (1958-1962), dan Universitas California di Barkeley
(1966-1969). Pada tahun 1969, beliau mulai menjadi seorang profesor di
departemen Educational Research di Universitas Negeri Florida, Thalllahassee.
beliau juga menjabat sebagai direktur riset untuk angkatan udara (1949-1958) di
Lackland, Texas, dan Lowry, Colorado. Bekerja sebagai konsultan untuk Deparemen Pertahanan (1958-1961) dan untuk
kantor pendidikan di Amerika Serikat (1964-1965). Selain itu ia menjabat
sebagai Direktur penelitian Institut Penelitian Amerika di Pittsburgh (1962-1965).
Hasil kerja Gagne mempunyai pengaruh yang besar pada
pendidikan Amerika, militer dan pelatihan industri. Gagne dan L.J. Briggs
keduanya merupaka pengembang awal dari konsep desain sistem intruksional yang
menunjukkan bahwa semua komponen dari pelajaran atau periode instruksi dapat
dianalisis dan bahwasemua komponen dapat dirancang untuk beroprasi bersama-sama
sebagai sebuah rencana terpadu untuk instruksi. Dalam sebuah artikel yang
berjudul “ Teknologi Pendidikan dan Proses Pembelajaran” (peneliti pendidikan,
1974). [1]
Gagne juga terkenal dengan teorinya yang canggih
“stimulus-respon” dari delapan jenis belajar yang berbeda, dari yang paling
sederhana sampai yang paling kompleks. Diantaranya ialah: 1) signal learning,
2) stimulus-respon, 3) chaining, 4) verbal association, 5) discrimination, 6)
concept learning, 7)rule learning, 8) problem solving.
Gagne berpendapat bahwa banyak ketrampilan dapat
dianalisis ke dalam hirarki pelaku, yang disebut hirarki belajar. Seorang
instruktur akan mengembangkan hirarki belajar sesuatu untuk diajarkan dengan
menyatakan ketrampilan yang harus dipelajari sebagai perilaku tertentu dan
kemudian bertanya dan menjawab pertanyaan “apa yang harus anda ketahui, tentang
bagaimana melakukan sesuatu dalam rangka untuk melakukan tugas, yang hanya
diberikan sebuah petunjuk?”. Gagne menguji konsep pembelajaran hirarki dalam
studi, terutama menggunakan ketrampilan aritmatika sederhana. Temuanya
cenderung untuk mendukung gagasan hirarki balajar dan menunjukkan bahwa
individu tdak hui ketrampilan dapat mengetahi ketrampilan yang lebih tinggi,
tanpa mengethui ktrampilan yang rendah sebelumya.
Pendekatan gagne untuk pembelajaran dan intruksi,
terutama pendekatan sistem desain instruksional, kadang-kadang dikritik sebagai
pendekatan yang paling tepat untuk tujuan penguasaan ketrampilan belajar,
informasi, dan intelektual, tetapi kurang cocok untuk strategi kognitif. Tidak
diragukan lagi, karya gagne memiliki dampak besar pada pemikiran dan
teori-teori di kalangan pendidikan. Teori hirarkinya merupakan langkah
prasyarat dalm belajar yang memikiki banyak implikasi untuk urutan instruksi.
Dibidang bahsa Inggris misalnya, memungkinkan guru untuk
memecahkan kemampuan bahsa Inggris ke dalam komponen sederhana dan untuk
mengajarkan komponen dalam urutan yang teratut, memperkuat jawaban yang benar
di sepanjang jalan.[2]
- Bentuk Belajar Menurut Robbert M Gagne
Komponen-komponen dalam proses belajar dapat digambarkan
sebagai S---R, S adalah situasi yang memberi stimulus, R adalah respon atas
stimulus itu, dan garis diantaranya adalah hubungan antara stimulus dan respons
yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat kita amati, yang bertalian
dengan sistem alat syaraf di mana terjadi transformasi perangsang yang diterima
melalui alat indra. Stimulus itu merupakan input yang berada di luar individu,
dan respon adalah outputnya, yamg juga di luar individu sebagai hasil belajar
yang dapat diamati. Pelambangan proses belajar sebagai S----R tidak berarti
bahwa proses belajar ini merupakan satu variasi dari teori S---R menurut Thorndike
atau Skinner.[3]
Robert M Gagne mencoba melihat berbagai macam teori
belajar dalam satu kebulatan yang saling melengkapi dan tidak bertentangan.
Menurut Gagne belajar mempunyai delapan tipe, kedelapan tipeitu bertingkat, ada
hirarki dalam masing-masing tipe. Setiap tipe merupakan prasyarat bagi tipe
belajar di atasanya.
Tipe belajar yang dikemukakan oleh Gagne pada hakikatnya
merupakan prinsip umum baik dalam belajar maupun mengajar. Artinya, dalam
mengajar atau membimbing siswa belajar pun terdapat tingkatan sebagaimana tingkatan
belajar tersebut di atas. Kedelapan tipe itu ialah[4]:
1)
Signal learning (belajar isyarat).
Belajar isyarat mirip dengan conditoned respons atau
respons bersyarat seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil
sikap tak berbicara. Menutup mulut dengan telunjuk merupakan isyarat, sedangkan
diam adalah respons. Tipe belajar semacam ini dilakukan dengan merespons suatu
isyarat jadi respons yang dilakukan itu bersifat umum, kabur, dan emosional.
Menurut Kimble (1961) bentuk belajar semacam ini biasanya bersifat tidak
disadari, dalam arti respons diberikan secara tidak sadar.[5]
2)
Stimulus response learninag (belajar stimulus response).
Anjing dapat diajar ‘memberi salam’ dengan mengangkat
kaki depanya bila kita katakan “kasi tangan” atau “salam”, adalah bentuk suatu
hubungan S---R. Respons itu dapat diatur dan dikuasai, jadi berlainan dengan
belajar tipe 1. Respons bersifat empirik, jadi tidak umum dan kabur. Respons
itu diperkuat dengan adanya imbalan atau reward, sering gerakan motoris
merupakan komponen penting dalam respons itu. Belajar dengan menggunakan tipe
ini, seseorang belajar mengucap kata dalam bahasa asing. Demikian pula seorang
bayi belajar mengatakan “mama”.
3)
Chaining (rantai atau rangkaian).
Dalam bahasa kita benyak terdapat contoh “chaining”
seperti ibu-bapak, “kampung halaman”, “selamat tinggal”, dan sebagainya. Juga
dalam perbuatan kita banyak terdapat “chaining” ini misalnya pulang dari
kantor, ganti baju, makan minum. Hal ini terjadi bila terbentuk hubungan antara
beberapa S—R, oleh sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi, jadi
berdasarkan “contiguity”.[6]
4)
Verbal assosiation (asosiasi verbal).
Suatu kalimat “piramida itu berbangun limas” adalah
contoh asosiasi verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa piramida berbangun limas
kalau ia mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus, atau kerucut.
Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk bila unsur-unsurnya terdapat dalam
urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain.
5)
Discrimination learning (belajar diskriminasi).
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai
rangkaian. Contoh: guru mengenal murid serta nama masing-masing murid karena
mampu mengadakan diskriminasi di antara murid-murid itu. Diskriminasi tersebut
berdasarkan “chain”.
6)
Concept learning (belajar konsep).
Konsep merupakan simbol berfikir, hal ini diperoleh dari
hasil membuat tafsiran terhadap fakta atau realita, dan hubungan antara
berbagai fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulang belakang
menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas mamalia, reptilia, amphibia,
Burung dan ikan. Kemampuan membentuk konsep ini terjadi bila orang dapat
melakukan diskriminasi.[7]
7)
Rule learning (belajar aturan).
Tipe belajar ini banyak terdapat dalam pelajaran di
sekolah. Banyak aturan yang harus diketahui oleh setiap peserta didik, aturan
ini terdapat dalam tiap mata pelajaran. Misalnya bemda yang dipanaskan akan
memuai, tiap warga negara harus setia pada negaranya, dan sebagainya. Mengenal
aturan tanpa memahaminya hanya akan menunjukkan cara belajar-mengajar yang
salah.[8]
8)
Problem solving (memecahkan masalah).
Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan, ini
memerlukan pemikiran. Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan menghubungkan
berbagai aturan yang relevan dengan masalah itu. Dalam memecahkan masalah diperlukan
waktu, adakalanya singkat, adakalanya lama. Juga sering kali harus didahului
berbagai langkah, seperti mengenal tiap unsur dalam masalah itu, mencari
hubunganya dengan aturan (rule) tertentu. Dalam segala langkah diperlukan
pemikiran. Tampaknya pemecahan masalah terjadi dengan cara tiba-tiba (insight).
Dengan ulangan masalah-masalah yang tidak terpecahkan; dan apa yang dipecahkan
sendiri- yang penyelesaianya ditemukan sendiri- lebih mantap dan dapat
ditransfer kepada sesuatu atau problem lain. Kesanggupan memecahkan masalah
memperbesar kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah lain.[9]
Menurut pendapat saya, tipe-tipe belajar di atas, sangat
membantu bagi seorang guru yang ingin membuat langkah-langkah yang mengarah
kepada penguasaan bahan materi pelajaran pada setiap proses belajar mengajar.
Dengan memahami relevansi antara setiap tipe di atas ia dapat membuat sebuah
bahan ajar yang teratur, terkonsep dari yang paling sederhana sampai ketingkat
selanjutnya. Dan dengan analisis pada langkah-langkah tersebut akan tercipta
semacam “peta” tentang hal-hal yang diperlukan, serta lebih mengerti jalan mana
yang akan ditempuh agar para peserta didik dapat memahami pelajaran dengan
mudah.
[2] http://www.answers.com/topic/robert-mills-gagn
(terjemahan)
[3]
Nasution, Berbagai Pendekatan
dalam Proses Belajardan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 136
[4]
Muhammad Ali, Guru dalam Proses
Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,), hal. 25
[5]
Ibid, hal. 26
[6]
Nasution, Berbagai Pendekatan
dalam Proses Belajardan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 137
[7]
Muhammad Ali, Guru dalam Proses
Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,), hal. 26
[8]
Nasution, Berbagai Pendekatan
dalam Proses Belajardan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 139
[9]
Muhammad Ali, Guru dalam Proses
Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,), hal. 27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar